February 3, 2009

Sekeping Lima Puluh di Tepi Cikapundung

Aku pernah berkomentar di blog seseorang, bahwa nilai uang itu tidak selalu sama bagi semua orang. Tiga lembar sepuluh ribuan, bagi banyak orang bisa sangat berarti, katakanlah, dengan sekali makan lima ribu rupiah dan sehari sekali saja, uang itu bisa membuatnya bertahan 6 hari. Namun bagi sebagian orang lainnya, uang yang sama bisa saja dianggap receh, yang bisa habis begitu saja di pusat perbelanjaan mewah tanpa kesan berarti.

Beberapa hari yang lalu, komunitas Batagor mengadakan acara "Bebersih Bandung Yuk", bertempat di jalan Braga dan sekitar Gedung Merdeka. Aku juga ikut bersama mereka, menyusuri jalanan dan memungut sampah. Dan di tepi Cikapundung, di seberang Warung C'mar, aku menemukan sekeping lima puluh rupiah tercecer di jalanan, seperti sampah-sampah lainnya. Aku tertawa dalam hati, teringat komentar di blog itu.

Apa artinya sekeping lima puluh? Tidak ada! Bahkan permen atau kerupuk pun tak dapat! Tidak peduli orang kaya maupun mereka yang tak berpunya, aku yakin semua sepakat tentang nilai kepingan ini. Bagaimana dengan barang-barang yang memiliki akhiran ...50 pada angka harganya? Nyatanya orang lebih suka membulatkan ke kelipatan ratusan terdekat, atau sekalian memberi harga 'lima ratus dapat dua' daripada 'satunya dua ratus lima puluh'. Di supermarket pun, aku yakin mereka sudah tidak lagi menyediakan kepingan lima puluh untuk kembalian, hanya sampai nilai ratusan terdekat. Aku jadi bertanya-tanya. Jika kukumpulkan cukup banyak kepingan lima puluh, katakanlah sampai lima ribu rupiah saja, apakah kasir-kasir supermarket itu mau menerimanya sebagai alat pembayaran? Aku meragukannya.

Jika nilai uang kepingan tersebut diabaikan, sebagai sekeping logam pun benda itu tak berarti. Untuk kerokan? Tidak ada rasanya. Sebagai pemberat? Terlalu ringan. Lalu apa gunanya? Terabaikan, dan terbuang seperti sampah yang berserakan di jalan.

Paling tidak kepingan yang satu ini masih bisa memberi inspirasi bagiku untuk menulis, meski setelah ini aku tidak akan peduli lagi tentang keberadaannya.

Dan tentang "Bebersih Bandung Yuk", kurasa sudah banyak tulisan dan foto-foto yang beredar milik kawan-kawan di Batagor. Komentarku? Sejujurnya, aku kurang merasakan semangat "bebersih Bandung"-nya. Tapi toh semua menikmati kebersamaannya, dan itu juga penting. Bagi yang belum tahu, Batagor itu singkatan dari "Bandung Kota Blogger", wadah pemersatu blogger-blogger kota Bandung. Ingin tahu lebih lanjut? Langsung saja kunjungi situs mereka.

Salam kenal untuk semua rekan-rekan Batagor,
dan selamat datang bagi anda yang baru pertama kali menjelajah halaman ini.
adrian.ben

2 comments:

Dianing Ratri said...

ahaha, gw tau arti dan kegunaan tuh 50 perak ben! apalagi kl yg jadul..
BUAT KEROKAN nyak gw!!
walau di merasa.. koin luar lebih manteb buat kerokan sih =_=

see..bahkan buat kerokan pun koin kita kalah manteb dibanding koin luar!!!

Anonymous said...

hahahaha..ada artinya, kalo lo kmpulin tuh Rp.50 ada 54 keping, paling ga lo bs beli balon yang gw bilang, wkwkkw..